Bab 36 – Kapten Pengawal Kekaisaran (1)
Diterjemahkan oleh: betterdays

* * *

Pedang itu bergerak di udara. Memutar tubuh bagian atas, membawa lengan ke depan dengan gerakan seperti cambuk dan mematahkan pergelangan tangan untuk menusukkan pedang ke depan. Menyelesaikan dengan jurus lebar dan menyelesaikan rangkaian gerakan selanjutnya, Asyer kembali ke posisinya.

Ilmu Pedang Kekaisaran hampir sempurna, jika belum sempurna. Siapa pun yang mengawasi Asher akan dapat mengambil ilmu pedang Kekaisaran tanpa harus diinstruksikan dengan benar.

“Akankah Van Ester kembali ke sini?”

Lalu ada banyak hal yang perlu dibicarakan. Apakah karena Iblis kembali? Apakah dia bisa menunjukkan kepada Van Ester Goblin abnormal yang telah mereka tangkap? Apa yang terjadi dengan Ian the Brave? Ada banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Kemungkinan besar Van Ester belum kembali karena dia mungkin masih memiliki beberapa hal lagi yang harus diurus di dalam Ibukota Kekaisaran.

Asher mengulangi gerakan ilmu pedang Kekaisaran dengan rajin sampai dia menyadari sesuatu dan berhenti.

Dia mengeluarkan tombak dari penahan pergelangan tangan. Dia mengencangkan cengkeramannya pada tombak dan menurunkan postur tubuhnya. Dia menekuk lututnya lebih dari biasanya karena suatu alasan.

Asyer menggerakkan kakinya dan menendang tanah. Dia menusukkan tombak ke depan dalam serangkaian gerakan, tumbuh semakin cepat. Kecepatannya terus meningkat sampai bayangan setelahnya mulai kabur di udara dan debu beterbangan.

Wooosh-

Gerakan kuat tombak memotong dan dan Asyer terus bergerak. Dia menggunakan gerakan Kepala Goblin yang dia hadapi baru-baru ini.

“Wah.”

Tombak itu berhenti. Tidak ada masalah nyata dengan tubuhnya selain ketegangan otot yang jarang digunakan. Itu… aneh.

Bisakah saya menggunakannya?

Goblin yang dia hadapi lebih merupakan seorang tombak daripada seorang pendekar pedang. Apakah karena Goblin menggunakan gerakan untuk tombak sehingga dia bisa meniru gerakan itu dengan mudah? Tidak pernah semudah ini bagi Asyer untuk mengambil sesuatu.

Dia menukar kekuatan tombak dengan kecepatan murni. Itu adalah cara yang tidak pernah terpikir olehnya untuk digunakan dalam hal tombak. Ini bisa berguna untuk masa depan. Tentu saja dia harus mengulangi gerakan tersebut dan mengukir gerakan tersebut ke memori otot. Asyer berhenti bergerak dan merasakan sesuatu muncul di dalam dirinya.

“Itu menyenangkan.”

Senyuman kecil merekah di wajah Asyer. Dia tidak pernah memiliki bakat untuk mempelajari teknik orang lain. Bahkan jika ini mungkin bukan teknik pedang, ini adalah pertama kalinya dia benar-benar bisa belajar sesuatu dari orang lain.

Rasa pencapaian dan kesenangan yang nyata sangat menyenangkan. Dia belum pernah menemukan kesenangan seperti ini sebelumnya dalam belajar.

Asher ingin bereksperimen lebih banyak, tetapi sudah waktunya. Asher mengambil pedang itu kembali dari sarungnya dan meletakkan tombaknya kembali ke saku spasial di dalam penjepit pergelangan tangan. Charon tiba-tiba berjalan keluar dari gerbang ke tempat latihan dengan wajah kaku.

“Hai.”

“…….”

“Apakah kamu tidak akan menyapa?”

“…Selamat pagi.”

Charon berbicara dengan suara gemetar. Asher hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban ini.

“Iya. Selamat pagi untukmu juga ”

Wajah Charon berkerut karena malu.

***

Seorang Ksatria Kekaisaran selalu berbicara secara formal kepada orang biasa; itu sudah menjadi rahasia umum. Ada alasan untuk ini juga.

“Hei, angkat pedangmu.”

“…Iya.”

Charon mengambil pedangnya dari sarungnya dengan wajah malu.

“Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa denganmu… tsk-”

Setelah keadaan menjadi stabil sampai batas tertentu sejak serangan itu, Charon meminta bantuan Asyer. Dia bertanya kepada Asyer apakah dia bisa berdebat dengannya sekali sehari.

Tentu saja Asyer langsung menolaknya. Seperti Reika, dia tidak perlu belajar apa-apa dari Charon. Tapi, dia merasa tidak enak karena tidak mengakui keinginan Charon untuk tumbuh lebih kuat, jadi dia menambahkan satu syarat.

“Bicaralah dengan hormat kepadaku mulai sekarang.”

Charon bukan hanya seorang ksatria, tetapi seorang pria yang dihormati dan dikagumi oleh orang-orang biasa. Tentu saja dia mengira Charon akan menolaknya, tetapi Charon secara tak terduga, telah mengiyakan.

“Anda adalah murid dari Master Pedang, Van Ester. Ini adalah suatu kehormatan daripada sesuatu yang memalukan. Selain….”

Charon terus berbicara dengan wajah serius.

“Itu karena berdebat denganmu sepadan.”

“Kurangi bicara, dan mari kita lanjutkan.”

Asyer melambaikan tangannya. Charon menerjang tanpa perlu mengatakan apa-apa lagi. Tangan Charon bergerak dan pedangnya menarik lintasan di udara. Itu adalah ilmu pedang yang cepat dan flamboyan.

Bagi Asher, itu terlalu mudah untuk dihancurkan.

Gerakan Charon mencolok tetapi sederhana jika dipotong di akar ritme. Charon mencoba untuk memperbaiki teknik robohnya, tapi kaki Asher bergerak dan menendang kaki Charon saat dia menggertakkan gigi dan menahannya.

Charon menusuk ke depan dengan pedang. Asyer mencondongkan tubuh ke ujung pedang yang diarahkan ke lehernya dan menghindarinya.

Pedang yang terulur harus selalu ditarik ke belakang. Asher meregangkan tubuhnya dan membenturkan sikunya ke lengan Charon yang terulur, menyebabkan Charon meliukkan wajahnya kesakitan. Tapi kemudian Asyer muncul di belakangnya dan menjatuhkannya di belakang tenggorokan, menandakan kerugian.

“..Mempercepatkan!”

Charon terbatuk saat dia tersedak air liurnya sendiri sebentar.

“Itu tidak buruk. Tapi kamu bukan jenis bakat yang luar biasa. ”

“Aku belum pernah mendengar bahwa aku tidak berbakat.”

Hal semacam itu selalu relatif.

Charon menangkap pedang itu lagi, berdiri kembali dan memperbaiki postur tubuhnya.

***

Sudah satu jam berlalu sejak dimulainya sesi sparing mereka. Charon duduk dan mengingat kembali napasnya dari perdebatan sengit itu. Dia memandang Asyer dengan heran.

“Saya telah berkeliling dunia dan melihat banyak orang. Sangat sedikit dari mereka yang lebih unggul dari saya … Namun Anda tidak hanya menginjak-injak saya … Anda melakukannya dengan Ilmu Pedang Kekaisaran dalam segala hal. ”

Charon juga mempelajari ilmu pedang yang diturunkan oleh salah satu pahlawan besar. Gaya pedangnya menunjukkan gerakan yang sangat cepat dan mencolok di mata, tetapi dirancang untuk membidik organ vital lawan dengan mengacaukannya dengan gerakan besar. Namun di depan Asher, ilmu pedangnya tidak berarti apa-apa bagi Imperial Swordsmanship yang digunakan Asher.

Asher menjawab dengan acuh tak acuh.

“Bakat Anda hanya ada di alam manusia fana.”

Charon mungkin memiliki salah satu talenta terbaik yang pernah dilihat Asyer dalam hal membandingkannya dengan rakyat biasa. Namun, dia tidak akan mampu mengatasi keterbatasan manusiawinya dan menjadi seorang swordmaster.

Sebaliknya, dia tidak bisa sampai sejauh Reika. Dia berada di liga miliknya sendiri.

“Bakatmu cukup untuk membawamu jauh dalam hidup, tapi Imperial Swordsmanship masih bisa menghancurkannya. Aku tidak akan tahu apakah itu orang seperti Reika. ”

“Kamu… monster.”

“Dunia ini luas, dan semua pahlawan di masa lalu adalah monster dengan hak mereka sendiri.”

“Kamu…?”

Charon dengan cepat menutup mulutnya saat dia menyadari jika tebakannya benar, maka dia tidak boleh berbicara. Namun, Asyer dengan cepat menutup pikirannya.

“Tidak, kamu terlalu memikirkannya. Waktu kita untuk sparring sudah berakhir, sekarang waktunya untuk melakukan tugas kita yang lain… ”

Asher menjentikkan jarinya, menunjuk ke belakangnya.

“Mari kita selesaikan.”

“Apakah kita benar-benar harus terus melakukannya?”

Charon tersenyum masam. Di luar pintu tempat latihan, anak-anak, yang tampaknya berusia sekitar sepuluh tahun atau bahkan lebih muda, sedang memperhatikan mereka dengan mata berbinar.

***

Asher telah melawan goblin yang mengerikan dari legenda dan telah mengalahkannya dengan kekuatan dan keterampilan yang luar biasa. Semua orang di desa yang bisa bertarung, melihatnya. Dan desas-desus menyebar untuk anak-anak dan orang lain yang tidak dapat menyaksikan pertarungan yang luar biasa.

Mungkin itulah sebabnya ada beberapa anak yang mengikuti Asyer, kemanapun dia pergi. Charon berjalan ke gerbang tempat latihan. Anak-anak meringis tapi tidak lari.

“Apa yang kamu lakukan di sini?”

“Ju… Hanya melihat sekeliling.”

“Tidak ada yang perlu diperhatikan di sini. Kembali.”

Anak itu menoleh. Anak lain dengan ringan mendorong punggung anak itu, mendesaknya ke depan.

“Hei, ini kesempatan. Cepat dan ambillah! ”

“Tapi….”

Anak-anak saling berbisik dengan gugup, tetapi Asyer, yang berada di kejauhan, bisa mendengar semua yang mereka katakan. Segera anak itu datang ke Asyer seolah-olah dia telah mengambil keputusan.

“Um… Asyer.”

“Apa?”

“Terimalah aku sebagai murid!”

Anak itu menundukkan kepalanya dan menunjukkan rasa hormat sebanyak mungkin. Asher menatap anak itu dengan kepala menunduk yang gemetar karena gugup.

“Apa yang kamu ingin aku lakukan denganmu?”

“Saya ingin menjadi murid Anda!”

Murid untuk apa?

Tentu saja untuk menggunakan pedang!

Anak itu mengepalkan tinjunya erat-erat dengan penuh gairah.

“Saya ingin menjadi sekuat Asyer!”

“Seperti saya….”

Asher bergumam dengan ekspresi yang rumit.

“Kamu seharusnya tidak bertujuan menjadi seperti aku.”

“Mengapa? Aku mendengarmu, Asyer, mengalahkan Goblin yang besar dan jahat! Kamu kuat!”

“Itu berbeda.”

Kekuatannya hanya karena berlalunya waktu di kehidupan sebelumnya. Itu sama sekali bukan kekuatan yang layak untuk zaman ini.

“Tanya Charon, bukan aku. Dia sangat kuat. ”

“Tidak! Dia lebih lemah dari Asyer! ”

Wajah anak itu sangat kusut, dan Asyer tidak dapat menyangkal kata-kata itu karena itu benar. Itu hanyalah situasi yang sangat rumit dan menegangkan bagi Asyer.

‘Jika kamu menjadi seorang prajurit nanti, kamu pasti memiliki pelatihan dua kali lipat untuk ucapan itu …’

Asher berpikir, karena anak itu tidak tahu bahwa Charon memimpin para prajurit dalam pelatihan mereka untuk wilayah itu. Anak itu masih menolak untuk menyerah pada permintaannya meski memarahi Charon.

Sayangnya, Asyer tidak berniat menerima murid lagi.

“Satu pertanyaan. Nak, ilmu pedang macam apa yang ingin kamu pelajari? ”

“Aku ingin mempelajari skill Swordmaster, High Count, Van Ester!”

Anak itu menjawab dengan mata berbinar. Asher melanjutkan dengan tenang.

“Semakin banyak alasan untuk pergi ke Charon.”

“Ap-… kenapa ?!”

“Apakah Anda ingin mempelajari Ilmu Pedang Kekaisaran?”

“Ilmu Pedang Kerajaan …?”

Anak itu menjawab dengan suara bergetar. Tentu saja tidak. Anak itu, seperti semua orang, ingin memamerkan kemampuannya dengan mempelajari ilmu pedang yang indah. Anak itu datang ke Asyer karena dia yang terkuat, dan mengira dia bisa menjadi keren daripada belajar Ilmu Pedang Kerajaan!

Asher dengan tenang memotong anak itu dan berbicara dengan nada tegas.

“Lalu pergi.”

Anak itu goyah dan terguncang mendengar kata-kata tegas itu. Dia bingung kenapa Asyer mengatakan hal seperti itu.

“Kamu akan kecewa denganku dan pada akhirnya pergi.”

Anak itu cemberut dan susah payah menemui teman-temannya karena dia menyadari bahwa Asyer mungkin benar. Charon mendekat dengan tenang.

“Kamu berhati dingin. Setidaknya kau bisa memberinya arahan. ”

“Dia sudah berada di jalannya sendiri. Saya bahkan bukan guru Reika, saya hanya menasihatinya sesekali. ”

Dia adalah Kapten Pengawal Istana di kehidupan sebelumnya. Ada beberapa orang yang meminta untuk menjadi muridnya dan dia telah menerimanya. Namun, hampir semuanya pergi karena itu sama sekali bukan yang mereka harapkan.

“Ini juga menjengkelkan sekarang.”

Orang-orang memiliki harapan padanya dan mereka kecewa. Pada akhirnya, dia hanya bosan dengan itu semua dan ingin menjaga dirinya sendiri.

‘Hanya satu yang mengikutiku.’

Dia akan berusia empat puluh tahun sekarang, dan dia tidak pernah berhubungan dengan mereka sejak dia pensiun, jadi Asher tidak tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati.

“Dia tidak akan mati.”

Muridnya adalah anak yang agak cerdik seperti dirinya saat itu, jadi tidak mungkin dia akan mati begitu saja.

***

Seminggu kemudian, Reika bangun dari tempat tidurnya. Hal pertama yang dia lakukan saat bangun kembali, adalah langsung ke tempat latihan.

“Sudah kembali kesini lagi?”

“Uh… hai?”

Reika mengucapkan halo yang dipertanyakan saat dia menyapa Asyer. Asyer sedikit mengernyitkan alisnya.

“Kamu perlu istirahat lebih lama.”

“Tidak apa-apa… tidak apa-apa, aku bersumpah. Juga, saya mendengar Anda kembali berlatih secara harfiah tepat setelah pertarungan. Jadi, Anda tidak berhak mengatakan apa yang harus atau tidak boleh saya lakukan. ”

“…….”

Jelas bukan tempatnya untuk mengatakan itu, dan dia menyadarinya. Asyer mengayunkan pedang bahkan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Reika, yang sedang menonton adegan itu dengan matanya yang berbinar, tiba-tiba membuka mulutnya.

“Oh, apa kamu sudah mendengar beritanya? Saya mendengar Kekaisaran telah memilih delegasi yang akan datang ke sini. ”

“Bukankah hanya Van Ester?”

“Bukankah Anda muridnya; bukankah seharusnya Anda menggunakan sebutan kehormatan? Yah lagian…. Tidak, itu orang lain. ”

“Itu seseorang yang berbeda?”

Asher berhenti mengayunkan pedang dan mengerutkan kening. Van Ester telah berjanji untuk memberi tahu Asyer semua yang dilihatnya selama perjalanannya saat mereka akan bertemu berikutnya. Tapi sekarang, waktu yang dijanjikan itu tidak datang secepat yang diharapkan Asyer.

“Ya, sepertinya orang lain akan datang.”

“….Siapa?”

Reika tersenyum dengan senyum nakal dan berbicara.

Kapten Pengawal Istana.

“…apa?”

“Kapten Pengawal Istana akan datang. Saya tidak tahu kenapa, jadi jangan tanya. Ayah juga bingung tentang itu. ”

“Ya… aku juga.”

Kapten Pengawal Istana. Orang yang telah mengambil alih posisi kosongnya. Akan seperti apa mereka? Dan mengapa mereka datang ke Wilayah Halvark dari semua tempat sebagai delegasi?

“Tapi tunggu, kenapa tiba-tiba saja? Mengapa Kapten Pengawal Istana ingin datang ke daerah pedesaan dan kecil seperti kita? ”

Asher bertanya dengan bingung.

“Pernahkah Anda mendengar nama Kapten?”

Asher cukup yakin bahwa dia tidak akan tahu. Meskipun dia telah memilih pengganti untuk posisinya sebelum dia pensiun, orang itu mungkin juga sudah pensiun sekarang. Oleh karena itu, kemungkinan besar seseorang baru yang belum pernah dia dengar.

Dia bingung, tapi dia menenangkan diri. Namun, ketenangannya yang baru saja dia kumpulkan, hancur seperti kaca dengan kata-kata Reika selanjutnya.

“Kapten Pengawal Istana cukup terkenal. Kamu benar-benar tidak tahu?… Oh tunggu, kamu kehilangan ingatanmu. Baiklah, saya akan memberi Anda petunjuk: Mereka bukan manusia. ”

“… Bukan manusia?”

“Ya, itu Elf. Yah, High Elf tepatnya. ”

Apakah kamu yakin?

Asyer memejamkan mata, memeras otak dengan cepat.

Tidak mungkin. Meskipun para High Elf sangat sedikit jumlahnya, ada satu orang yang mungkin Asyer pikirkan. Tapi tidak mungkin orang ‘itu’ menjadi Pengawal Istana, bukan?

“Siapa nama mereka?”

“Nama yang cukup sulit untuk diucapkan, tapi ini Ariana Barsilis. -Tunggu Asyer kenapa jadi kamu terlihat seperti itu? ”

Reika melihat wajah Asher yang sangat putus asa dan bingung dengan reaksinya.

“Tidak…. Tidak apa.”

Asher mengerang.

‘Kenapa dia?’

Asyer di kehidupan sebelumnya, tidak pernah menikah. Tapi dia telah mengadopsi beberapa anak dan sangat senang mengajar mereka ketika dia pensiun.

Ariana Barsilis. High Elf terakhir dari Black Forest. Itu adalah salah satu putri angkatnya.

Bab 36 – Fin